Tiada kata yang indah dan mulia selain ISLAM yang membawa kedamaian dan keselamatan di muka bumi. Tragedi Monas menunjukkan bahwa kita dalam membangun bangsa masih harus secara terus-menerus belajar untuk memaknai dan menyakini bahwa kita ber"agama" harus secara totalitas mampu memberi kedamaian. Kita yang ber'agama" Islam tentu tidak hanya sekedar menjalankan tata aturan Syariat nya saja tapi coba mari kita tingkatkan pada tataran Tarekat, Hakekat dan terus pada tingkatan Ma'rifat. PASTI tidak akan juga terjadi kekerasan demi kekeran di Republik tercinta, AMINAtau kita coba renungkan kembali bahwa PANCASILA dalam penggaliannya oleh para tokoh Islam lebih terasa nuansa isi ke Islam an yang harus diimplementasikan dalam sejarah bangsa sampai akhir atau seribu windu lamanya. Bahwa Pancasila digali dengan Menjamin Keberagaman yang ada. Apalagi kita sebagai umat Islam tentunya mampu membumikan ajaran TUHAN YME dengan mengedepankan konsep UKHUWAH SEJATI berupa :1. Ukhuwah Islamiyah = persaudaraan sesama umat Islam; 2. Ukhuwah Wathoniyah = persaudaraan sesama anak bangsa; 3. Ukhuwah Basyariyah = persaudaraan sesama anak manusia yang berbeda agama.Tinggal kita apakah masih mau hidup berbangsa dan bernegara di Republik tercinta ini dengan dasar PANCASILA dan tetap berpegang pada prinsip-prinsip Bhinneka Tunggal Ika atau kita mau BIKIN NEGARA ISLAM ?
Sejak paham-paham Transnasional seperti Liberalisme dan anak cucunya dari Barat maupun paham-paham dari Timur Tengah seperti Salafi, Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin yang menjelma pada gerakan-gerakan yang masuk pada Partai Islam yang membuat jargon sebagai Partai Dakwah, Tarbiyah,Jamaah Islamiyah sangat terasa bahwa PANCASILA sedang mengalami ujian kembali sebagai perekat bangsa.
Ataukah kita mau mengisi nilai-nilai Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ibarat segelas air putih yang diberi setetes gincu ataukah segelas air putih yang diberikan setetes garam seperti yang diungkapkan oleh Bung Hatta di tahun 1962 saat kelompok Salman dari ITB (Kang Imadudin dkk) datang menemui Bung Hatta kenapa Beliau selalu mengumandangkan tentang Persatuan dan Kesatuan dan nilai-nilai kebaikan bukan berbicara tentang islam. Islam harus mampu mengisi kehidupan dan dirasakan oleh masyarakat tanpa harus membuat Negara Islam atau kalau sekarang dengan lahirnya Perda-Perda yang menonjolkan paham agama tertentu yang justru lebih merendahkan derajat Kitab Suci dari agamanya.
Juga seperti Moh.Natsir tokoh Masyumi yang sampai sekarang sebagai Begawan para politisi Islam juga telah mengungkapkan bahwa Pemerintahan boleh silih berganti, tetapi Negara Kesatuan Republik Indonesia harus tetap kuat dan utuh. Jadi sudah cukup jelas bahwa para petualang yang mengatasnamakan kelompok yang membawa panji-panji Islam dengan jalan kekerasan SANGAT BERTENTANGAN dengan para pendiri bangsa ini. Lebih baik dalam menginginkan sesuatu jalankan dengan cara-cara yang beradab jangan cara-cara yang biadab. Kekerasan demi kekerasan sejak 10 tahun ini dipertontonkan dan masalah mau memaksakan dengan mendirikan Khilafah Islamiyah di negeri yang multi kultur.
Oleh karena itu Wahai Saudara-Saudarku sebangsa dan setanah air mari kembali kepada DASAR NEGARA KITA PANCASILA, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika serta sudah saatnya mari kita kembali berkarya sesuai keahlian masing-masing guna mengentaskan kemiskinan dan keterpurukan bangsa.
Salam damai dari segala penjuru mata angin
TOPARI, S.Sos.
Ketua DPD Pemuda Demokrat Indonesia Provinsi Banten
Tidak ada komentar:
Posting Komentar