SELAMAT DATANG KAWAN

Merdeka !!!
Marhaen Jaya

Kawan-kawan seperjuangan dalam hidup, marilah kita selalu senantiasa bersyukur kepadaNYA yang telah memberikan nikmat sehat, sehingga mampu berkarya demi keutamaan sebagai manusia yang mampu memberikan manfaat bagi sesama.

Untuk itu, kita sebagai kader bangsa harus senantiasa ingat & melaksanakan ajaran Bung Karno tentang faham :
Marhaenisme
– Sosio-Nasionalisme
Nasionalisme yang berperi-kemanusiaan.
– Sosio-Demokrasi
Demokrasi sejati yang mencari keberesan politik dan
keberesan ekonomi yang berke-Tuhan-an YME.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu menuntun arah gerak kita guna mengawal 4 PILAR KEBANGSAAN (Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika).



KONFERDA I PEMUDA DEMOKRAT INDONESIA PROVINSI BANTEN

KONFERDA I PEMUDA DEMOKRAT INDONESIA PROVINSI BANTEN
HOTEL ABADI - SERANG, 25 MEI 2008

KONFERCAB PEMUDA DEMOKRAT INDONESIA KOTA TANGERANG SELATAN

KONFERCAB PEMUDA DEMOKRAT INDONESIA KOTA TANGERANG SELATAN
AULA KANTOR CAMAT CIPUTAT, 29 NOVEMBER 2009

KONFERCAB PEMUDA DEMOKRAT INDONESIA KAB. TANGERANG

KONFERCAB PEMUDA DEMOKRAT INDONESIA KAB. TANGERANG
CITRA RAYA-CIKUPA, 22 FEBRUARI 2009

HUT PEMUDA DEMOKRAT INDONESIA KE-62

HUT PEMUDA DEMOKRAT INDONESIA KE-62
LOMBA KARYA TULIS PELAJAR SE-KAB. TANGERANG TGL 31 MEI 2009

LEADERSHIP CAMP FOR STUDENTS

LEADERSHIP CAMP FOR STUDENTS
CISOKA, 1-2 OKTOBER 2005

Kamis, 15 April 2010

NGAJI DIRI

Alhamdulillah di era tanpa batas, kita semua bisa semakin paham akan arti nilai2 Islam yang Universal yang bisa diimplementasikan di tengah-tengah kehidupan kita.


Mari coba kita renungkan bersama apakah kita semua sudah menjalankan tata laku NGAJI diri sesuai Al Qur'an & Hadist? Manusia di seluruh muka bumi ini rasanya kalau bisa NGAJI diri secara Kaffah tentunya akan terbangun Islam Rahmatan Lil Alamin. Dalam diri kita Manusia terdiri dari 9 lobang (2 lobang di mata, 2 lobang di hidung, 2 lobang di telinga, 1 lobang di mulut, 1 lobang di alat vital dan 1 lobang dubur).
Apakah kita akan mau menghayati dari 9 lobang tersebut, mata tentukan diberikan oleh Sang Khalik dipergunakan melihat yang baik-baik sehingga dengan kesejukan dan kearifan tatapan mata terpancar kedamaian. Kita sebagai hamba yang masih jauh dari kesempurnaan tentunya akan selalu menjaga tutur kata dengan tidak menimbulkan fitnah, penghasutan dan menjadi provokator di sekitar kita. Kalau hal ini bisa kita kendalikan tentunya tidak akan pernah kita lihat pertengkaran bahkan peperangan antar bangsa sebagai akibat ucapan sang pemimpin suatu kaum.
Dalam pandangan orang-orang Sufi mengakui bahwa pencarian makna utuh Tuhan mewujud dalam kehidupan alam dunia bisa kita katakan Tuhan itu Satu, Sendiri, Tunggal, Kekal, Abadi, Berpengetahuan, Berkuasa, Hidup, Mendengar, Melihat, Kuat, Kuasa, Agung, Besar, Dermawan, Pengampun, Bangga, Dahsyat, Tak Berkesudahan, Pertama, Tuhan, Rabb, Penguasa, Pemilik, Pengasih, Penyayang, Berkehendak, Berfirman, Mencipta, Menjaga.

Sebagai gambaran pencarian tentang ILAHI pernah dilakukan oleh Husain ibn Mansur al-Hallaj barangkali adalah syekh sufi abad ke-9 dan ke-10 yang paling terkenal. Ia terkenal karena berkata: “Akulah Kebenaran”, ucapan mana yang membuatnya dieksekusi secara brutal. Bagi para ulama ortodok, kematian ini dijustifikasi dengan alasan bid’ah, sebab Islam eksoteris tidak menerima pandangan bahwa seorang manusia bisa bersatu dengan Allah dan karena Kebenaran (Al-Haqq) adalah salah satu nama Allah, maka ini berarti bahwa al-Hallaj menyatakan ketuhanannya sendiri. Kaum sufi sejaman dengan al-Hallaj juga terkejut oleh pernyataannya, karena mereka yakin bahwa seorang sufi semestinya tidak boleh mengungkapkan segenap pengalaman batiniahnya kepada orang lain. Mereka berpandangan bahwa al-Hallaj tidak mampu menyembunyikan berbagai misteri atau rahasia Ilahi, dan eksekusi atas dirinya adalah akibat dari kemurkaan Allah lantaran ia telah mengungkapkan segenap kerahasiaan tersebut.

Meskipun al-Hallaj tidak punya banyak pendukung di kalangan kaum sufi sezamannya, hampir semua syekh sufi sesungguhnya memuji dirinya dan berbagai pelajaran yang diajarkannya. Aththar, dalam karyanya Tadzkirah al-Awliya, menyuguhkan kepada kita banyak legenda seputar al-Hallaj. Dalam komentarnya, ia menyatakan, “Saya heran bahwa kita bisa menerima semak belukar terbakar (yakni, mengacu pada percakapan Allah dengan nabi Musa as) yang menyatakan Aku adalah Allah, serta meyakini bahwa kata-kata itu adalah kata-kata Allah, tapi kita tidak bisa menerima ucapan al-Hallaj, ‘Akulah Kebenaran’, padahal itu kata-kata Allah sendiri!”. Di dalam syair epiknya, Matsnawi, Rumi mengatakan, “Kata-kata ‘Akulah Kebenaran’ adalah pancaran cahaya di bibir Manshur, sementara Akulah Tuhan yang berasal dari Fir’aun adalah kezaliman.”

Seperti digambarkan dalam kisah Dewa Ruci tentang Sosok Dewa Ruci dan Werkudara. Rupanya ada nasehat dan maksud yang ingin disampaikan yaitu :

jangan berangkat sebelum tahu tujuanmu,
jangan menyuap sebelum mencicipnya.
tahu hanya berawal dari bertanya,
bisa berpangkal dari meniru,
sesuatu terwujud hanya dari tindakan.

Sang Khalik telah menciptkan ini semua kepada kita, tinggal mau atau tidak kita untuk NGAJI diri, bukan hanya sekedar membaca tapi coba untuk di kaji. Syekh Lemah Abang sebagai juga salah satu hamba ALLAH SWT yang mencari makna “ngaji diri” walau dianggap sangat kontroversi, tapi sebagian makna pencarian hidup telah banyak diikuti dengan tata laku layaknya manusia biasa. Ini hanyalah salah satu yang namanya manusia yang proses pencarian kepadaNYA sudah "terbukti" mampu ketemu denganNYA.

Salam damai dari empat penjuru mata angin
TOPARI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar